RajaBackLink.com

Menuju Budidaya Udang 2026 yang Lebih Sehat: Kisah Cakra Elektrolisis, Inovasi Anak Bangsa yang Ubah Cara Kita Mensterilisasi Air Tambak

Menuju Budidaya Udang 2026 yang Lebih Sehat: Kisah Cakra Elektrolisis, Inovasi Anak Bangsa yang Ubah Cara Kita Mensterilisasi Air Tambak

FisTx bersama BAP Samas Yogyakarta menguji teknologi Cakra Elektrolisis, alat sterilisasi air berbasis elektrokimia yang mampu menekan Vibrio hingga negatif dan meningkatkan survival rate udang menjadi 95%+. Uji satu siklus dilakukan di tambak BAP Samas sebagai respon tantangan penyakit dan fluktuasi pasar di tahun 2026 mendatang, hasilnya memantik harapan baru bagi budidaya udang Indonesia.

Yogyakarta, Indonesia – Menjelang tahun 2026, industri udang Indonesia berdiri di titik krusial. Permintaan pasar global belum pulih sepenuhnya, harga ekspor masih berfluktuasi, dan tantangan penyakit di tambak intensif tetap menjadi ancaman terbesar bagi petambak baik yang baru memulai maupun yang sudah berkiprah puluhan tahun.

Namun di sela situasi yang kompleks itu, muncul satu cerita menarik tentang bagaimana teknologi lokal dapat menjadi kunci ketahanan industri. Cerita itu datang dari sebuah kolaborasi di pesisir selatan Yogyakarta: FisTx bersama Unit Kerja Budidaya Air Payau (BAP Samas). Di sinilah sebuah perangkat sterilitas air bernama Cakra Elektrolisis diuji dan hasilnya memantik harapan baru bagi budidaya udang Indonesia.

Ketika Penyakit Menjadi Musuh Utama Tambak

Setiap petambak udang tahu bahwa musuh terbesar bukanlah harga pakan atau pasar, melainkan penyakit. AHPND, WFD, EHP, dan berbagai varian Vibrio spp. terus menjadi hantu yang menghantui tambak intensif.

Kualitas air yang berubah cepat akibat cuaca ekstrem dan minimnya infrastruktur water treatment membuat banyak budidaya kolaps sebelum masa panen tiba. Tahun 2025 mencatat tingginya kegagalan tebar di berbagai wilayah.

Masuk ke 2026, tantangannya diprediksi semakin besar. Karena itu, kebutuhan terhadap teknologi non-kimia yang berkelanjutan menjadi semakin mendesak.

Dari “Bengkel Rekayasa Lokal” ke Tambak Intensif: Lahirnya Cakra Elektrolisis

Cakra Elektrolisis lahir dari pertanyaan sederhana yang diajukan tim RnD FisTx:

“Bisakah kita membuat air tambak yang bukan hanya bersih, tetapi aktif melindungi?”

Jawabannya adalah teknologi elektrokimia yang memanfaatkan arus listrik—bukan bahan kimia—untuk mengubah ion klorida di dalam air menjadi asam hipoklorit (HOCl) aktif. Ini bukan hal baru di dunia sains, tetapi penerapannya sebagai sterilisasi air in-situ untuk tambak udang adalah loncatan penting.

Proses ini menghasilkan disinfektan alami yang:

– Menekan Vibrio secara signifikan,

– Aman untuk udang,

– Tidak meninggalkan residu,

– Bisa bekerja 24 jam menjaga biosekuriti.

Inovasi ini karya putra Indonesia dan itu menjadikannya semakin relevan bagi tantangan lokal.

Uji Lapangan di BAP Samas: Data yang Membuktikan

Ketika Cakra Elektrolisis dioperasikan selama satu siklus penuh di BAP Samas Yogyakarta, hasilnya cukup mencengangkan.

Arga Kurniawan, S.Pi, Kepala BAP Samas, mengamati sendiri perubahan di kolam:

“Alat ini mampu menurunkan Vibrio baik di air maupun hepatopankreas, sehingga meningkatkan survival rate udang hingga lebih dari 95%.”

Data teknis mencatat:

– Vibrio spp. turun hingga kategori negatif

– ORP meningkat dari 110 mV menjadi 321 mV

– amonia turun 46%

– FCR membaik 27%

– Hemat hingga 89% biaya operasional per siklus

Dalam bahasa petambak, ini artinya: udang tumbuh lebih cepat, lebih kuat, dan lebih sedikit mati.

Teknologi Lokal untuk Membangun Resiliensi 2026

CEO FisTx, Rico W. Wibisono, menyebut 2026 sebagai “tahun efisiensi dan ketahanan.”

“Budidaya yang sehat akan menjadi syarat bertahan. Karena itu, Cakra Elektrolisis kami rancang agar petambak punya teknologi rekayasa lokal yang efektif, murah, dan tidak bergantung bahan kimia.”

Di tengah ketidakpastian ekspor, keberlanjutan produksi udang nasional tidak boleh berhenti. Teknologi seperti elektrolisis menjadi jembatan menuju budidaya yang ramah lingkungan dan ekonomis.

Didorong oleh Akademisi Nasional

Pakar akuakultur terkemuka Indonesia, Dr. Hasanuddin Atjo, telah lama mendorong modernisasi sistem pengolahan air.

Dalam salah satu tulisannya beliau menekankan urgensi modernisasi sistem sterilisasi air:

“Teknologi treatment air baku untuk budidaya harus menjadi perhatian serius. Inovasi untuk menciptakan infrastruktur sterilisasi air dalam negeri yang murah seperti teknologi UV dan elektrolisis perlu terus didorong agar industri tidak lagi bergantung pada bahan kimia.”

Scan QR Ini Video Demo Produk” />

Cakra Elektrolisis menjadi bentuk nyata dari seruan tersebut: inovasi fisik, tanpa residu, dan cocok untuk regulasi bebas antibiotik yang semakin ketat.

Lebih dari Alat: Simbol Transformasi Budidaya Indonesia

Cakra Elektrolisis bukan sekadar teknologi, ia adalah cermin perubahan paradigma budidaya Indonesia menuju:

– penggunaan energi dan teknologi terbarukan,

– pengurangan bahan kimia,

– efisiensi biaya,

– dan peningkatan survival rate sebagai fokus utama.

Dengan pendekatan in-situ sterilization, perangkat ini menjadi fondasi bagi tambak-tambak modern yang ingin tetap kompetitif di pasar lokal maupun global.

Menuju 2026: Budidaya yang Lebih Sehat Mulai dari Air yang Lebih Cerdas

Tahun 2026 menuntut petambak untuk lebih strategis. Pasar mungkin berubah, namun kebutuhan untuk menghasilkan udang yang sehat tidak pernah berubah.

Cakra Elektrolisis menawarkan satu hal yang jarang dimiliki teknologi lokal: keseimbangan antara efektivitas, efisiensi, dan keberlanjutan.

Dan di tengah tantangan ekspor, perubahan iklim, dan tekanan penyakit, inilah jenis solusi yang dapat membuat industri tetap bertahan—bahkan tumbuh lebih kuat.

Tentang Cakra Elektrolisis : Teknologi Elektrokimia untuk Air Tambak Modern

Cakra Elektrolisis Fistx” />

Cakra Elektrolisis merupakan inovasi pengolahan air yang bekerja dengan memanfaatkan arus listrik untuk memecah ion klorida (Cl⁻) menjadi asam hipoklorit (HOCl) dan oksidan aktif lainnya. HOCl adalah disinfektan alami yang efektif menekan bakteri patogen seperti Vibrio, namun aman bagi udang dan tidak meninggalkan residu berbahaya.

Teknologi ini membantu petambak mengurangi ketergantungan pada bahan kimia seperti kaporit dan klorin, sekaligus meningkatkan stabilitas kualitas air selama masa pemeliharaan.

Artikel ini juga tayang di VRITIMES