Dinastinews.com – Kubu Raya | KALBAR (11/06/2025). Dikutip dari Media online Lintas News, hasil investigasi dilapangan yang dilakukan oleh Tim Media dan Aktivis Lingkungan, menemukan berbagai kejanggalan seperti Limbah yang dihasilkan dari Perusahaan, mengakibatkan dampak yang sangat besar dan membahayakan bagi kelangsungan hidup Masyarakat serta Mahluk hidup.
Menurut tim Media dan Aktivis sendiri menilai, pernyataan H. Rudi selaku Humas Perusahaan PT. Bumi Perkasa Gemilang (BPG), yang menyebut Perusahaan telah memenuhi standar operasional dalam pengelolaan limbah.
Pernyataan tersebut sangat tidak mendasar dan sontak menuai kontroversi. Namun sayangnya, narasi manis yang dikemas lewat media online Lintas News itu justru bertolak belakang dengan kondisi nyata yang terjadi di lapangan.
Tim Investigasi Kujang, yang turun langsung ke lokasi aktivitas perusahaan, menemukan kenyataan pahit. Limbah mencemari lingkungan sekitar. Udara tercemar, air menghitam, dan warga menderita dalam diam. Jauh dari standar operasional, yang ada hanyalah penderitaan.
“Kenyataan di lapangan sungguh menyedihkan. Jauh dari klaim humas perusahaan. Ini bukan sekadar pelanggaran, tapi krisis kemanusiaan,” ujar salah satu anggota Tim Investigasi Kujang.
Ia juga menyoroti integritas media yang menerbitkan hak sanggah tanpa penelusuran fakta.
“Hak sanggah memang hak setiap individu, tapi menyampaikan informasi tanpa verifikasi justru bisa memperkeruh keadaan. Kalau tidak sesuai kenyataan, itu sudah masuk ranah hoaks,” tegasnya.
Menariknya, dari komunikasi via WhatsApp yang diperoleh tim investigasi, muncul dugaan adanya tekanan kepada salah satu oknum media (inisial JD) yang tampak sangat terpukul dengan munculnya pemberitaan soal limbah. Diduga ada kepentingan yang sedang dijaga.
“Ada apa di balik ini?” ucap salah satu Tim investigasi. Pertanyaan itu menggantung di antara bau menyengat limbah dan ketakutan warga yang tak berani bersuara.
Klimaks terjadi saat seorang ibu datang ke puskesmas sambil menggendong bayi 8 bulan yang tubuhnya dipenuhi bercak merah. Ia meminta dan, memohon agar masalah ini dihentikan.
“Kami perjuangkan hak kalian. Kenapa justru minta dihentikan?” tanya seorang Tim Investigasi.
“Bukan kami tak mau abang bantu, tapi susah omong, bang. Sudahlah, tak apa… kami memang seperti ini,” jawabnya dengan suara bergetar dan penuh ketakutan.
Potret ini menjadi bukti bahwa warga berada di bawah tekanan psikologis yang berat. Ketakutan lebih kuat dari harapan. Padahal di balik air mata dan bercak merah di tubuh sang bayi, tersimpan pesan bahwa lingkungan mereka sedang sekarat.
Kasus ini mengundang perhatian luas. Bukan hanya tentang pencemaran lingkungan, tapi tentang keberanian menyuarakan kebenaran di tengah ketakutan. Tim Investigasi Kujang menegaskan akan terus mengawal kasus ini hingga tuntas.
“Kami tidak akan berhenti. Ini bukan hanya tentang lingkungan, ini soal kemanusiaan,” tegas mereka.
Redaksi mengajak seluruh pihak yang memiliki informasi tambahan untuk menghubungi Tim Investigasi Kujang. Suara Anda bisa menyelamatkan banyak nyawa.
Editor : Dinastinews.com // TIMRED [*]