Dinastinews.com|Bintan, Rabu, Desember 2025 – Pelabuhan Gentong kini berubah menjadi gambaran paling telanjang tentang lemahnya negara. Tanpa status resmi, tanpa legalitas, dan tanpa pengawasan nyata, pelabuhan ini tetap beroperasi seperti terminal privat bagi aktivitas yang diduga ilegal. Barang masuk, barang keluar, semua berlangsung terang-terangan-seolah-olah hukum hanyalah dekorasi.
Pemeriksaan aparat yang digembar-gemborkan beberapa waktu lalu terbukti tidak lebih dari formalitas administratif. Tidak ada penyegelan, tidak ada penghentian operasi, dan tidak ada tindakan tegas yang bisa memberi sinyal bahwa negara masih berfungsi. Aktivitas di lapangan justru kembali normal dalam hitungan hari, memperkuat kesan bahwa upaya pengawasan hanyalah “unjuk muka”, bukan penindakan.
Pelabuhan Gentong sudah lama menjadi “ruang aman” bagi praktik bongkar muat tanpa dokumen. Dugaan penyelundupan komoditas, logistik gelap, hingga aktivitas lintas-batas ilegal berputar di lokasi ini seperti mesin yang tidak pernah mati. Sementara itu, aparat dan pemerintah daerah tampak memilih diam-atau pura-pura tidak melihat.
Publik semakin resah dan mempertanyakan satu hal mendasar: siapa sebenarnya yang diuntungkan dari pelabuhan tak berizin yang dibiarkan hidup sebebas ini ? Karena yang jelas, bukan masyarakat, dan bukan negara.
Akhir tahun 2025 menegaskan kenyataan pahit: Pelabuhan Gentong bukan lagi sekadar pelabuhan tikus. Ia telah menjadi simbol kerasnya pembiaran, mandulnya pengawasan, dan abainya institusi yang seharusnya menjaga ketertiban.
Tanpa langkah tegas, Gentong akan terus menjadi sarang aktivitas gelap yang berjalan lebih stabil daripada pelabuhan resmi.














