RajaBackLink.com

ISTITUT DAN RAMPAK SARINAH JAGA KEKOMPAKAN ASEAN – INDONESIA BISA MENDAFTARKAN “KEBAYA KUTUBARU” KE UNESCO MELALUI 2 JALUR SEKALIGUS

ISTITUT DAN RAMPAK SARINAH JAGA KEKOMPAKAN ASEAN – INDONESIA BISA MENDAFTARKAN “KEBAYA KUTUBARU” KE UNESCO MELALUI 2 JALUR SEKALIGUS

Dinastinews.com Aceh | Jakarta | Sebagai salah satu penggagas perlunya “Hari Kebaya Nasional” dan Mendaftarkan kebaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) ke UNESCO sejak tahun 2017. Maka Rampak Sarinah mengusulkan agar Indonesia mendaftarkan Kebaya melalui 2 jalur sekaligus yaitu Single Nomination untuk kebaya kutubaru dan model Kartinian dan ikut menjadi nominator bersama 4 negara Asean lainnya untuk kebaya model encim. Pendaftaran 2 jalur itu sebaiknya dilakuan dalam waktu bersamaan.

“ASEAN harus semakin kompak dan progresif dibawah kepemimpinan Indonesia. Gunakan semua potensi untuk konsolidasi Asean dan itu bisa dari pendaftaran kebaya sebagai warisan budaya kawasan secara bersama-sama 5 negara.
Jangan lupa Indonesia dianggap sebagai Big Brother dalam Asean,” kata Dhini Mudiani ketua Rampak Sarinah Jakarta.

Dua usulan ke UNESCO masing-masing mempunyai argumen yang kuat dan tidak kontradiktif bahkan saling melengkapi. “Keinginan kita atas pengakuan kebaya adalah warisan Indonesia untuk kawasan Asean justru semakin kuat jika kita ikut mengusulkan bersama 4 negara lain. Tapi kalau kita tidak bergabung claim itu dipunyai Malaysia dan 3 negara. Kita merugi,” kata Irene H Saraswati anggota Institut Sarinah yang menjadi kandidat doktor Hubungan International di ANU Australia.

Sementara itu, Prof. Willa Candrawilla pembina dua organisasi feminis nasionalis tersebut mengingatkan bahwa tujuan Asean itu adalah kerjasama antar negara yang berkebudayaan sama. “Harusnya kita urus dulu status Kebaya sebagai warisan tak benda Indonesia baru urus ke UNESCO.

Ini mengulang kisah PRT keluar negeri dibikinkan UU tapi yang dalam negeri gak diurus,” sentil guru besar Bidang Hukum Univ Parahiyangam ini.

Eva Sundari, Ketua Institut Sarinah mengingatkan bahwa keberhasilan Majapahit menjadi empire dunia terutama dikawasan Asean adalah karena stretegi budayanya yang menjadikan negara-negara tetangga sebagai “mitra-satata” sederajat melalui kerjasama-kerjasama perdagangan – Seni budaya, dan agama. “Majapahit merangkul, mengemong, hingga memangku sehingga akhirnya menjadi sangat berpengaruh. Salah satu warisan Majapahit adalah Featival Ramayana yang diadakan setiap tahun oleh 8 negara Asean. Tinggalkan kompetisi, masanya kolaborasi Asean,” jelas Eva Sundari.

Dari diskusi internal para kader Sarinah tersebut, didapatkan keuntungan lain dengan mendaftarkan “Kebaya Kutubaru” khas Indonesia saat ini yaitu soal panjangnya antrian di Unesco. Jika didaftarkan saat ini paling tidak dibutuhkan 4-5 tahun baru akan ditelaah Unesco. Jadi tidak ada yang dikejar, lakukan pendaftaran kebaya secara bersamaan.

Jakarta, 28/11/22
Endang Yuliastuti
(+62 812-8060-9995)
Humas Institut Sarinah []

Roni Ganesha

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *